Archive for the ‘Islam’ Category

Tahajud Ku

7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG

 

Hari per-1, tahajudku tetinggal

Dan aku begitu sibuk akan duniaku

Hingga zuhurku, kuselesaikan saat ashar mulai memanggil

Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib

Dengan niat kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara tv selesai

 

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi

Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama

 

Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku

Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dari 200 halaman

Dalam waktu tidak sampai 1 hari aku telah selesai membacanya

Tapi… enggan sekali aku membaca Al-Qur’an walau cuma 1 juzz

Al-Qur’an yg 114 surat, hanya 1,2 surat yang kuhapal

itupun dengan terbata-bata

Tapi… ketika temanku bertanya tentag novel tadi betapa mudah dan lancarnya

aku menceritakan

 

Hari ke-4 kembali aku lalai lagi akan tahajudku

Sorenya aku datang ke selatan Jakarta dengan niat mengaji

Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan

Kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku

Aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman

yg ada disamping kiri & kananku

Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai

Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa

 

Hari ke-5 kembali aku lupa akan tahajudku

Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh

saat imam sholat jum’at kelamaan bacaannya

Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan betapa nikmat,

serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam

 

Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku

Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku

Demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar

Aku lupa.. waktu diperempatan lampu merah tadi

Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku

Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh

 

Hari ke-7 bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal

Aku bermalas2an ditempat tidurku menghabiskan waktu

Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga

Aku tersentak kaget mendengar khabar temanku kini

Telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku bersamanya

dan malam tadi dia dengan misscall-nya mengingatkan aku tentang tahajud

 

kematian kenapa aku baru gemetar mendengarnya?

Padahal dari dulu sayap-sayapnya selalu mengelilingiku dan

Dia bisa hinggap kapanpun dia mau

 

Sekian tahun lebih aku lalai….

Dari hari ke hari, bulan dan tahun

Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunah

Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta

Berkata kuno akan nasehat kedua orang tuaku

Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku

 

Tuhan andai ini merupakan satu titik hidayah

Walaupun imanku belum seujung kuku hitam

Aku hanya ingin detik ini hingga nafasku yang saat nanti tersisa

Tahajud dan sholatku meninggalkan bekas

Saat aku melipat sajadahku…..

 

 Source By Anonymous

Untuk Renungan Kita

Semoga Bermanfaat.. 🙂

 

BERTENGKAR

.♥*•.♥✿ ♥ ✿ • BERTENGKAR •✿ ♥ ✿•♥ .•*•♥.

Buat yang sudah nikah, mau nikah, punya niat untuk nikah.

Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !”

Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati sa’at-sa’at bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi sa’at sa’at tidak bertengkar.

Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar, maka :
1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah.
Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata “STOP” ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : “kamu makin cantik kalau marah, makin energik …” Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ….”

Demikian juga kalau pas kena giliran saya “yang olah raga otot muka”,saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya 🙂 maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah 🙂

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya”, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah … OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini …..

3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga !
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).
Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah “awal cinta yang panas ini”.

Kata ayah saya : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak”. Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma’afnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..”. Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

4. Kalau marah jangan di depan anak anak !
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita.
Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu ‘kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
* Ibu : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!”
* Bapak : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda ????!!!!
* Anak : “…… Yaaa …ibu saya babu, bapak saya kuda …. terus saya ini apa ?”
Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita ???

5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat !
Pada setiap tahiyyat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa ‘ibaadilahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh …. Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya, padahal nyawamu ditangan Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Illahi ….. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya … Atau habis isya sebatas….??? Nnngg……. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar … 🙂

6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema’afkan (Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran resensi sebuah film).

Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens” Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.

Ini saja, semoga bermanfa’at, “Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi”. Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.

SUMBER : EMAIL DARI SAHABAT TERCINTA KARNA ALLAH

Diterbitkan oleh PENDAMBA SURGA ALLAH

Cantik, ijinkanku menunduk

Bismillahirrahmanirrahim..

” Gila tu cewek, cantik bener yak!” kata Romi

“Huss..cewek terus dipikiran lu!” kataku.

“Ada cewek cantik gitu, kan sayang kalau disia-siakan nggak dilihat.”

“Masyaallah Romi!”

“Apaan sih Mas, orang dia yang mau dilihatin. Kan mubadzir kalau nggak dilihat” Romi cengengesan.

“Waduh, kalau orang islam pikirannya kayak kamu semua. Apa kata akhirat?” kataku sambil mengacak rambut adikku.

***

Kembali seorang wanita lewat didepan kami, kali ini wanita berjilbab hijau. Subhanallah..cantik sekali. Aku terkejut lalu aku beristighfar segera aku menundukkan kepalaku.

“Ada apaan sih mas? kok tiba-tiba nunduk gitu” Romi menatapku. Aku kelabakkan ditatap Romi seperti itu.

“Wah Mas grogi yaa sama cewek pakai jilbab tadi! Cuit..cuit..Mas yaa!”

“Apaan sih! justru karna kaum hawa aku hargai, jadi aku tak mau menatapnya terlalu dalam. Takut si syetan ikut-ikutan. Yang rugi kan aku sendiri.”

“Emang penting yaa mas nunduk itu?”

“Yaa penting lah. di Quran kan udah djelaskan bahwa kita disuruh menjaga pandangan. Gak kayak kamu melotot terus kalau ada cewek cantik.”

Aku terkekeh melihat Romi salah tingkah

***

Cantik, ijinkanku menunduk.Jangan biarkan setiap centi auratmu dinikmati mata-mata jahil yang senang akan warna warni keindahan sesaat. Maka tutuplah auratmu jangan kau bangga atas syetan yang ada atas dirimu.

Cantik, ijinkanku menunduk.

Mataku adalah panah-panah syetan yang ingin menghujamku lewat fitnah auratmu, apakah tak malu dengan pandangan-pandangan  yang menatapmu penuh dengan keinginan? atau kau memang mau auratmu dipandangan karna kau tak pernah mau tahu dengan kemulianmu?

Cantik, ijinkanku menunduk.

Kau memang cantik, ku akui itu. Tapi maaf, kecantikan semu mu telah menutupi keindahan hatimu. Tanpa hijab yang melapisi auratmu kau tak akan pernah merasakan nikmat atas kuasaNya. Dengan hijabmu tanpa kemulianmupun kau hanya ada diatas kehampaan. Maka bantulah kami dengan kesantunanmu.

Cantik, ijinkanku menunduk.

Dari pesona harapan yang membuatku terbuai dan terlalaikan. Bukankah aku juga manusia lemah dan kau manusia penuh pesona, tak mampu kubertahan dengan segala pesona auratmu. Segala upaya kupenuhi agar mata ini menjauh dari pesonamu, tapi ku belum mampu bila kau yang menginginkan mata ini menatapmu. Tidak cantik..tidak..kau tahu kami memang belum sanggup tapi kami berusaha untuk bisa.

Maka Cantik, ijinkanku menunduk.

Menunduk dari segala godaan syetan yang membuatku selalu ingin menatapmu syahdu. Kau perhiasan terindah di dunia ini, ku tak mau dengan mataku ini kau merasa terendahkan. Maka jagalah iffah dan izzahmu dengan semua keteguhan imanmu. Jangan robohkan keimanaku dengan kenistaan, bantulah kami.

Cantik..kau memang teramat cantik, maka ijinkanku menunduk dari panah-panah syetan.

Wallahua’lam bish Shawwab.

Situs BMB >> www.bukanmuslimahbiasa.com

Diterbitkan : February 26, 2011

 

*artikel yang saya masukan adalah artikel favorit yang ingin saya share, semoga bermanfaat… 😉

Kenapa Harus Wanita Shalihah?

dakwatuna.com – Bismillah..

Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?

Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..

Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..

Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?

Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…

Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..

Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?

Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?

Aku menjawab..

Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.

Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..

Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..

Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..

Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?

Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting.

Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?

Aku menjawab..

Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.

Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?

Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?

Pada akhirnya, akupun menjawab…

Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..

Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…

Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…

Seberat itukah?

Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…

Oleh: Yusuf Al Bahi

 

Semoga bermanfaat… 🙂

Seperti Menunggu Bis Saja

Sebuah bis datang, dan kau bilang, “Wah…terlalu sumpek dan panas, nggak bisa duduk nyaman nih! aku tunggu bis berikutnya saja”

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, “Aduh bisnya kurang asik nih dan kok gak cakep begini… nggak mau ah..”

Bis selanjutnya datang, cool dan kau berminat, tapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melewatimu begitu saja.

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, “Nggak ada AC nih, aku bisa kepanasan”. Maka kamu membiarkan bis keempat pergi..

Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor. Ketika bis kelima datang, kau sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kau tuju!

Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama..

Moral dari cerita ini, sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar ‘ideal’ untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kau pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.

Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk ‘calon’, tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita. Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kau masih bisa berteriak ‘Kiri !’ dan keluar dengan sopan.

Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi..

Cerita ini juga berarti, kalau kau benar-benar menemukan bis yang kosong, kau sukai dan bisa kau percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kau dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu. Untuk dia memberi kesempatan kau masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Bis seperti apa yang kau tunggu?



diambil dari dudung.net